Disbudpar, Kota Tanjungpinang - Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang merupakan salah satu destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin berwisata religi dan melihat peninggalan sejarah Kerajaan Melayu Johor-Pahang-Riau-Lingga.
Tak hanya itu, berbagai macam makanan khas Penyengat, aksesoris mulai dari kalung, gelang, cincin, tanjak, peci, hingga kerajinan tangan miniatur perahu tradisional dari kerang bisa ditemukan di lokasi objek wisata Penyengat.
Setelah dua tahun terhenti akibat pandemi covid-19, kini pengrajin aksesoris mulai bangkit kembali, salah satunya Ibrahim Ahmad (67) atau yang akrab disapa Atan, seorang pengrajin Melayu dan penjual aksesoris di lokasi Komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.
Ia mengatakan, sudah 19 tahun menjajakan hasil kerajinannya di depan komplek makam Engku Putri Raja Hamidah.
"Sudah 19 tahun berjualan di sini. Tapi, sempat tutup akibat pandemi. Sekarang sudah normal dan bisa jualan lagi," ungkap Atan, ketika dikunjungi tim explore Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Rabu (1/3/2023).
Dirinya mengaku menanti kunjungan wisatawan ke pulau Penyengat, membeli hasil kerajinannya untuk dibawa pulang sebagai cinderamata atau oleh-oleh.
"Alhamdulillah setiap hari ada yang beli. Kalau yang datang rombongan, paling laris itu aksesoris seperti gelang-gelang dan souvenir lainnya. Sementara, wisatawan Malaysia, rata-rata mencari peci atau songkok khas Penyengat," ucapnya.
"InsyaAllah, saya juga akan kembali menjual hijab, kain-kain, dan kaos khas Penyengat bertulis pantun-pantun," kata Atan menambahkan.
Kerajinan tangan miniatur perahu dari kerang yang dibuatnya, menurut Atan, bentuk dari hasil karyanya belum ada yang menyerupai," Setelah menyusuri, ternyata hasil karya perahu milik saya belum ada yang sama. Pengrajin kerang juga, saya sendiri orang Melayu nya," tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri menyampaikan disbudpar terus mendukung serta memfasilitasi para pelaku ekonomi kreatif kota Tanjungpinang melalui berbagai program dan kegiatan, baik itu pelatihan maupun pameran.
Menurutnya, sektor ekonomi kreatif merupakan sumber yang mampu memperkuat identitas budaya untuk menciptakan produk kreatif dan inovatif sesuai potensi dan kearifan lokal di kota Tanjungpinang.
Apalagi, kota Tanjungpinang memiliki banyak potensi pariwisata dan ekonomi kreatif, yang dapat saling melengkapi satu sama lain. Hal ini, tentu menjadi kekuatan pariwisata yang dapat terus dikembangkan di ibukota Provinsi Kepulauan Riau.
"Potensi destinasi wisata dan hadirnya pelaku ekonomi kreatif dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan lapangan kerja terbuka luas untuk masyarakat," ujarnya. (Disbudpar).
